Pengetahuan dan kebenaran
Perbincangan tentang pengetahuan tidak lepas dari pembahasan yang
berkaitan dengan kebenanran. Kebenaran merupakan tujuan akhir dari
sebuah pengetahuan. Pengetahuan yang dianggap benar adalah pengetahuan
yang menemukan kebenaran. Dalam pembahasan mengenai
Hakikat Ilmu Pengetahuan bahwa
secara
sederhana bahwa segala sesuatu yang diketahui oleh manusia melaui suatu
proses baik sistematis atau tidak, menggunakan metode yang disepakati
atau tidak maka dapat dikelompokkan sebagai sebuah pengetahuan biasa dan
pengetahuan Ilmiah, yang terkait dengan objek dari suatu pengetahuan.
Jadi pengetahuan dan kebenaran adalah merupakan dua hal yang berbeda dan
tidak dapat dipisahkan.
Pengetahuan dan kebenaran berdasarkan Definisi
Pengetahuan dan kebenaran berkaitan satu dengan lainnya. Dari
definisi pengetahuan yang bersumber dari Encyclopedia of Philosophy,
bahwa pengetahuan itu adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Hal ini berarti bahwa pengetahuan itu adalah merupakan sebuah bentuk
keyakinan atau penerimaan secara utuh tentang kebenaran sesuatu itu.
Sesuatu yang benar dan dipahami serta diterima secara utuh disebut
sebagai pengetahuan. Sementara dari definisi pengetahuan yang dirumuskan
oleh Sidi Gazalba, apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mengetahui.
Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar dan pandai.
Dengan demikian pengetahuan itu harus benar yang kemudian di kenal
dengan baik dimengerti dengan benar dan dapat dilakukan dengan benar
pula. Sehingga antara kebenaran dan pengetahuan itu saling terkait satu
sama lain. Pengetahuan itu harus benar, atau tidak benar maka bukan
pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi.
Teori Pengetahuan dan kebenaran
Berkaitan dengan pembahasan tentang pengetahuan dan kebenaran yang dihubungkan dengan hakikat ilmu pengetahuan, terdapat dua teori yang digunakan untuk mengetahuinya yaitu:
- Teori Realisme, teori ini mempunyai pandangan
realistis terhadap alam. Menurut teori Realisme yang dimaksudkan dengan
pengetahuan adalah gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam
nyata. Gambaran sebenarnya inilah yang memuat kebenaran. Artinya bahwa
jika pandangan terhadap alam itu tidak sesuai dengan realitas yang ada
(terdapat penyimpangan) atau tidak benar, maka apapun yang dihasilkannya
bukan sebuah kebenaran dan bukan sebuah pengetahuan. Dengan demikian
ukuran kebenaran pengetahuan itu didasarkan pada kesesuaian realitas
yang diperolehnya dengan informasi yang disampaikannya atau disimpulkan.
Jika informasi tersebut memuat kebenaran, maka kebenaran yang
disampiakan itulah yang disebut pengetahuan yang benar, dan jika
informasi yang disampaikannya salah maka itulah yang dikategorikan
pengetahuan salah (baca: bukan pengetahuan)
- Teori Idealisme, teori ini menerangkan bahwa
pengetahuan adalah proses-proses mental/ psikologis yang bersifat
subjektif. Sifat dari pandangan idealisme ini lebih menitik beratkan
pada pengumpulan data yang bersifat subjektif yang dirumuskan dalam
bentuk kesimpulan. Ukuran kebenaran yang digunakan di dasarkan pada
subjektifitas seseorang. Sehingga sesuatu obyek dianggap sebagai
Pengetahuan tak lebih dari sebuah gambaran subjektif tentang sesuatu
yang ada dalam alam yang di dasarkan pada pendapat atau penglihatan
orang yang mengalami dan mengetahuinya. Berarti bahwa pengetahuan dan
kebenaran dalam konteks ini sangat bersifat subjektif di mana premis
pokok yang dijadikan landasan adalah jiwa dimana kedudukan jiwa menjadi
sangat utama untuk merumuskan kesimpulan atau kebenaran dari alam
semesta.
Berdasarkan analisis terhadap pengetahuan dan kebenaran ini, maka
rumusan Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik yang
mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Pengetahuan adalah
kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan
intuisi yang mampu menangkap alamdan kehidupannya serta
mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Bagaimana rumusan
tujuan pengetahuan tersebut akan dibahas pada tujuan manusia mempunyai
pengetahuan.
Gejala Mengetahui
Pembicaraan tentang
pengetahuan dan obyek
pengetahuan
tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia. Manusia dilahirkan yang
dibekali dengan potensi untuk mengetahui. Hal tersebut yang mendorong
manusia untuk melakukan ekplorasi terhadap diri dan lingkungannya. Pada
bagian lain disebutkan bahwa manusia penuh dengan tanda tanya terhadap
segala sesuatunya. Manusia dari tidak tahu menjadi tahu. Proses dari
tidak tahu menjadi tahu inilah (lihat
pengertian pendidikan) yang kemudian menjadi pendorong kuat bagi manusia untuk memiliki
pengetahuan,
yang kemudian disebut sebagai proses penciptaan pengetahuan. Gejala
inilah yang disebut dengan gejala mengetahui. Sebagai illustrasi bahwa
pada saat-saat tertentu, manusia selalu ingin mengetahui segala
sesuatunya baik tentang dirinya, dunia sekitarnya, orang lain, yang baik
dan yang buruk, yang indah dan jelek, dan macam-macam lagi. Hal ini
sesungguhnya didorong oleh rasa ingin tahu manusia
Gejala Mengetahui dari tidak tahu menjadi tahu
Gejala mengetahui inilah yang kemudian melahirkan sebuah
pengetahuan(filsafat) bagi
manusia. Manusia yang telah mengetahui sesuatu disebut manusia yang
berpengatahuan. Hal ini di dsarkan pada asumsi bahwa segala sesuatu yang
diketahui manusia yang kemudian disebut pengetahuan. Dengan demikian,
maka pengetahuan itu lahir dari gejala mengetahuai. Sementara gejala
mengetahui ini lahir karena adanya potensi manusia untuk mengetahui apa
yang tidak diketahuinya.
Karena gejala mengetahui ini yang hanya dimiliki oleh manusia dengan
potensi akalnya lalu manusia berusaha mengetahui segala yang tidak
diketahuinya. Manusia senantiasa mencari dan melakukan upaya-upaya untuk
mengetahui apa yang tidak diketahuinya. Langkah inilah yang sering
disebut sebagai tahapan awal atau dasar lahirnya sebuah pengetahuan.
Tahapan selanjutnya setelah manusia memiliki pengetahuan adalah
melakukan analisis dan pengelompokan tentang Pengetahuan yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pada bagian ini gejala
mengetahui berkembang menjadi gejala nilai dari apa yang diketahuinya.
Pengetahuan yang telah diketahui manusia apakah dapat memuaskan
keinginan manusia atau tidak. Jika sesuatu yang diketahui dalam bentuk
pengetahuan yang telah dan mampu memuaskan manusia inilah yang disebut
dengan pengetahuan yang benar. Sementara pengetahuan yang tidak benar
adalah kekeliruan. Keliru seringkali lebih jelek dari pada tidak tahu.
Dan bahkan pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan/perbuatan akan
menghasilkan kekeliruan, kesalahan dan malapetaka bagi kehidupan
manusia.
Gejala mengetahui yang juga dimiliki manusia menjadi dasar munculnya
usaha untuk mengetahui sesuatu yang tidak diketahui. Sesuatu yang tidak
diketahui itulah yang dimaksud dengan
“sasaran atau objek”
pengetahuan. Sasaran atau objek ini adalah sesuatu yang ingin diketahui
berupa sesuatu yang ada, yang mungkin ada, yang pernah ada dan sesuatu
yang mengadakan. Hakikat dari suatu obyek itu minimal terkait dengan
waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Obyek yang
ada adalah terkait dengan masa kini, obyek yang mungkin ada adalah
terkait pada waktu yang lalu dan akan datang. Sementara obyek yang
mengadakan adalah terkait dengan dimensi ruang dan waktu yang berbeda
dari manusia. Hal ini dapat dikenali dan dijadikan sebagai sebuah
pengetahuan jika manusia menggunakan potensi yang dimilikinya. Dengan
demikian manusia dirangsang keingintahuannya oleh alam sekitarnya
melalui indranya dan pengalamannya. Dan hasil gejala mengetahui adalah
manusia mengetahui secara sadar bahwa dia telah mengetahui
Kelompok Manusia dari hasil Gejala Mengetahui
Berdasarkan keingin tahuan manusia terhadap suatu obyek maka manusia
akan memiliki tingkatan dan jenis yang berbeda terhadap pemahaman dan
pengetahuannya terhadap suatu obyek. (Objek materi dan non materi).
Secara spesifik Kelompok Manusia dari hasil Gejala Mengetahui yang telah
mengetahui suatu obyek menjadi suatu pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis yang dikenal dengan istilah “Jendela Jauhari” yaitu
Tahu dan Tahu, Tahu dan Tidak Tahu, Tidak Tahu dan Tahu, Tidan Tahu dan
Tidak Tahu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gabar berikut:
Berdasarkan jendela tersebut dapat diketahui bahwa kelompok manusia
dari hasil gejala mengetahui sebenarnya baru ada setelah manusia
benar-benar tahu bahwa dia mengetahui obyek tersebut. Dengan demikian
pengetahuan yang diperoleh manusia itu sebenarnya baru ada, kalau
manusia sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamannya bahwa
objek yang ingin diketahuinya itu sudah benar-benar diketahui. Semua
hal yang diketahui oleh manusia dari tidak tahu menjadi tahu adalah
merupakan proses
pendidikan.